Thursday, July 29, 2010
Monday, July 12, 2010
Saturday, May 1, 2010
track 07
Yeah She is You!
ketika rentetan kasus tentang masa depan sinetron indonesia masih belum dibahas, itu harus terganjal dengan liberalisme yang masih berada pada detak-detak nafas siti nurbaya, dan harus menjadi helaian benang kumal yang tertiup oleh deruan-deruan genderang pasukan panglima Cheng Ho yang mendarat di tanah landai dan kering di jejalan pesisir tanpa ujung itu.
ya di jejalan itu, di jejalan yang dulu dengan keyakinan hiasan ribuan bayang tapak kaki, kini harus kembali menjadi jejalan yang bersih berkilau tanpa bayang dan kembali kering dengan batang-batang pohon yang berguguran ke arah barat lalu tertiup angin ke arah tenggara.
yap...dalam sepersekian detik waktu yang dirajut dalam kecepatan tingkat tinggi semua itu menjadi putih bersinar dan terlalu silau sampai harus menutup semua jalan cahaya, dan kembali ke kamar gelap yang sedang bermain dalam komposisi dan juta tahun cahaya yang terperangkap dalam kegelapanya lagi, lalu kembali ke kantung cahayanya sendiri.
mendadak semua waktu yang termakan zaman dan wujud-wujud itu menjadi terlalu indah untuk ditingalkan dalam rendaman kamar gelap!!
ketika rentetan kasus tentang masa depan sinetron indonesia masih belum dibahas, itu harus terganjal dengan liberalisme yang masih berada pada detak-detak nafas siti nurbaya, dan harus menjadi helaian benang kumal yang tertiup oleh deruan-deruan genderang pasukan panglima Cheng Ho yang mendarat di tanah landai dan kering di jejalan pesisir tanpa ujung itu.
ya di jejalan itu, di jejalan yang dulu dengan keyakinan hiasan ribuan bayang tapak kaki, kini harus kembali menjadi jejalan yang bersih berkilau tanpa bayang dan kembali kering dengan batang-batang pohon yang berguguran ke arah barat lalu tertiup angin ke arah tenggara.
yap...dalam sepersekian detik waktu yang dirajut dalam kecepatan tingkat tinggi semua itu menjadi putih bersinar dan terlalu silau sampai harus menutup semua jalan cahaya, dan kembali ke kamar gelap yang sedang bermain dalam komposisi dan juta tahun cahaya yang terperangkap dalam kegelapanya lagi, lalu kembali ke kantung cahayanya sendiri.
mendadak semua waktu yang termakan zaman dan wujud-wujud itu menjadi terlalu indah untuk ditingalkan dalam rendaman kamar gelap!!
Wednesday, March 10, 2010
Track 03
Bukan Pasar Malam
seorang bocah tersesat dalam lebatnya hutan rangkaian besi dan sambungan las seadanya.
balok-balok kayu yang berubah jadi alat penghibur menghadang langkah yang kian terengah-engah itu.
langkah itu tertapak dalam sepersekian detik di atas susunan konblock yang membentuk pola-pola tertentu,
tidak semua bagian dasar itu tertutupi, sebagian masih alami beralaskan tanah dan rumput, beberapa tempat
justru ditutup dengan terpal plastik yang kotor dan jorok.
bocah itu kehilangan jejak, jejak yang selama ini selalu ada didepannya,
ya...ya... mengejar seorang ayah yang hialang dari gegamannya ketika dia sampai ditempat itu untuk pertama kali.
kaki bocah itu kecil, dan ada sedikit ganguan dengan tulang dibagian dengkul kanannya.
dan langkah-langkah sepersekian detik itu semakin membutakan mata kakinya untuk menemukan jejak yang dia cari.
mendadak bocah itu terhenti dan terkejut, didepannya terlihat banyak senyuman-senyuman yang menghadangnya.
senyuman itu hanya diam terpaku dipojok-pojok jalan dan didinding-dinding taman bermain, sebagian lagi terpenjara
oleh besi-besi tua yang disulap menjadi pagar dan rel.
ya.. senyuman-senyuman itu hanya palsu dan kecut, seperti senyuman seorang badut yang selalu berusaha membuat nangis bocah itu. hei senyuman-senyuman palsu kau membuat bocah itu semakin lapar dan lelah.
diakhir periode langkah kecilnya, bocah itu terhenti lagi
meliaht warung-warung makan yang semuanya telah kosong dan sepi
dingin dan tidak ada yang dapat disentuh.
bocah itu berbalik ke arah kanan badanya.
hanya sampah, sampah orang-orang tak bertanggung jawab yang dia temukan,
bukan jejak yang dia cari.
dan hanya jalan lain yang terpampang didepannya.
seorang bocah tersesat dalam lebatnya hutan rangkaian besi dan sambungan las seadanya.
balok-balok kayu yang berubah jadi alat penghibur menghadang langkah yang kian terengah-engah itu.
langkah itu tertapak dalam sepersekian detik di atas susunan konblock yang membentuk pola-pola tertentu,
tidak semua bagian dasar itu tertutupi, sebagian masih alami beralaskan tanah dan rumput, beberapa tempat
justru ditutup dengan terpal plastik yang kotor dan jorok.
bocah itu kehilangan jejak, jejak yang selama ini selalu ada didepannya,
ya...ya... mengejar seorang ayah yang hialang dari gegamannya ketika dia sampai ditempat itu untuk pertama kali.
kaki bocah itu kecil, dan ada sedikit ganguan dengan tulang dibagian dengkul kanannya.
dan langkah-langkah sepersekian detik itu semakin membutakan mata kakinya untuk menemukan jejak yang dia cari.
mendadak bocah itu terhenti dan terkejut, didepannya terlihat banyak senyuman-senyuman yang menghadangnya.
senyuman itu hanya diam terpaku dipojok-pojok jalan dan didinding-dinding taman bermain, sebagian lagi terpenjara
oleh besi-besi tua yang disulap menjadi pagar dan rel.
ya.. senyuman-senyuman itu hanya palsu dan kecut, seperti senyuman seorang badut yang selalu berusaha membuat nangis bocah itu. hei senyuman-senyuman palsu kau membuat bocah itu semakin lapar dan lelah.
diakhir periode langkah kecilnya, bocah itu terhenti lagi
meliaht warung-warung makan yang semuanya telah kosong dan sepi
dingin dan tidak ada yang dapat disentuh.
bocah itu berbalik ke arah kanan badanya.
hanya sampah, sampah orang-orang tak bertanggung jawab yang dia temukan,
bukan jejak yang dia cari.
dan hanya jalan lain yang terpampang didepannya.
inspired by Pramoedya Ananta Toer
Big Hug and Thank's for him.
Subscribe to:
Posts (Atom)